tag:blogger.com,1999:blog-25850949567687930432024-03-13T09:11:52.865-07:00Kandang BahasaKajian BahasaAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/09155787533073314138noreply@blogger.comBlogger3125tag:blogger.com,1999:blog-2585094956768793043.post-16411110136994991152012-12-06T18:54:00.001-08:002012-12-06T18:54:26.820-08:00Psikolinguistik<br />
<br />
<br />
I. Pengertian psikologi menurut para ahli<br />
<br />
1. Hartley <br />
<br />
Psikolinguistik membahas hubungan bahasa dengan otak dalam memproses dan mengkomunikasikan ujaran dan dalam akuisisi bahasa<br />
<br />
Hal yang penting adalah bagaimana memproses dan menghasilkan ujaran dan bagaimana akuisisi bahasa itu berlangsung.<br />
<br />
Proses bahasa berlangsung adalah pekerjaan otak. Yang tidak dimengerti
dan tidak diketahui yang pasti ialah bagaimana proses pengolahan bahasa
sehingga berwujud satuan-satuan yang bermakna dan bagaimana proses
pengolahan satuan ujaran yang dikirim oleh pembicara sehingga dapat
dimengerti pendengar. Yang pasti segala sesuatu berada dalambatabatas
kesadaran ( pembicara maupun pendengar). <br />
<br />
2. Carles Osgood dan Thomas Sabeok <br />
<br />
Psikolinguistik secara langsung berhubungan dengan proses kode dan mengkode seperti orang berkomukasi.<br />
<br />
3. Robert Lado<br />
<br />
psikolinguistik adalah gabungan melalui psikologi dan linguistik.<br />
<br />
Bagaimana telaah atau studi pengetahuan bahasa, bahasa dalam pemakaian ,
dan perubahan bahasa. Menurut Lado psikologi hanya merupakan
pendekatan.<br />
<br />
Pendekatan untuk menelaah pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa dan perubahan bahasa. <br />
<br />
• Pengetahuan bahasa bersangkut paut dengan masalah kognitif<br />
<br />
• Pemakaian bahasa berkaitan dengan praktek pengetahuan bahasa (apa yang diketahui dikemukakan dalam pemakaian bahasa). <br />
<br />
• Peruabahan bahasa menyangkut akuisisi bahasa dan tahap perkembanganya terutama ketika manusia masih kecil/kanak. <br />
<br />
4. Emon Back<br />
<br />
Psikolinguistik adalah ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya pembicara
membentuk dan membangun suatu atau mengerti kalimat tersebut. <br />
<br />
Hal ini mengacu pada domain kognitif, yakni bagaimana bahasa berproses
dalam otak kita. Bahasa yang diwujudkan dalam kalimat dihasilkan oleh
pebicara yang kemudian diusahakan untuk dimengerti oleh pendengar. <br />
<br />
1. Langacker<br />
<br />
Psikolinguistik merupakan telaah akuisisi bahasa dan tingka laku
linguistik terutama mekanisme psikologis yang bertujuan pada kedua
bahasa tersebut.<br />
<br />
Akuisisi bahasa bersangkut paut dengan proses pemerolehan bahasa.<br />
<br />
Tinga laku linguistik mengacu pada proses kompetensi dan performance
bahasa. Proses ini bahasa ini tetap dalam otak. Oleh karena itu
mekanisme psikologi sangat berperan.<br />
<br />
2. Diebolt yang dikutip Slama.<br />
<br />
Psikolinguistik dalam pengertian luas membicarakan hubungan antara psean
dengan sifat-sifat kemandirian manusia yang menyeleksi dan nmenafsirkan
pesan.<br />
<br />
7. Paul Fraisse<br />
<br />
Psikolinguistik adalah hubungan antara kebutuhan kita untuk berekpresi
dan berkomukasi dan benda-benda yang ditawarkan kepada kita melalui
bahasa yang kita pelajari sejak kecil dan tahap-tahap selanjtnya.<br />
<br />
Berdasarkan batasan-batasan yang telah disebutkan diatas terdapat pandangan sebagai berikut :<br />
<br />
• psikolinguistik membahas hubungan bahasa dengan otak<br />
<br />
• psikolinguistik berhubungan langsung dengan proses mengkode dan menafsirkan kode<br />
<br />
• psikolinguistik sebgai pendekatan<br />
<br />
• psikolinguistik menelaah pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa, dan perubahan bahasa<br />
<br />
• psikolinguistik menitikberatkan pada pembahasan mengenai akuisisi bahasa dan tingkalaku linguistik.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
PSIKOLINGUISTIK<br />
<br />
<br />
<br />
Psikolinguistik termasuk salah satu cabang linguistik yang kerap
perkembangannya pesat karena membuka diri dalam temuan disiplin ilmu
lain sebagai alat bantu untuk menginterpretasikan masalah pemerolehan
bahasa (language acguisition) serta komprehensi dan produksi bahasa (
speech comprehension and production). Psikolinguistik merupakan salah
satu cabang linguistik yang kompleks. Ahli psikolinguistik dituntut
untuk dapat melakukan analisis pada semua tataran linguistik
(fonologi-morfologi-sintaksis-wacana-semantik-pragmatik) dengan baik
karena psikolinguistik berusaha memahami bagaimana bahasa berbahasa di
otak manusia. Selain itu, psikolinguistik juga mempertanyakan kembali
apakah terdapat bukti biologis bahwa bahasa bersifat anugerah kodrati
(innate properties) sebagaimana dicetuskan oleh Chomsky. Kajian
psikoliguistik akan memberi kajian yang bermanfaat untuk perencanaan
bahasa jika penelitian tentang pemerolehan bahasa pertama (chil language
acquisition) ditingkatkan.<br />
<br />
Hasil penelitian mengenai anak yang normal, baik pemerolehan bahasa
Indonesia maupun pemerolehan bahasa daerah, diperlukan oleh perencanaan
bahasa dan juga oleh bidang pengajaran bahasa. Teori yang terbaru, yaitu
cenectionism sangat berkaitan erat dengan kumputasi bahasa (language
computing), yaitu pembuat program komputer yang mencoba meniru kerja
otak dalam memproses bahasa. Dalam hal ini, komputer diprogram agar
dapat melakukan pemprosesan bahasa secara pararel , masal, dan serempak
(massive parallel prosesing ) dan computer diharapkan dapat belajar
menemukan sendiri pola dan struktur bahasa tanpa diberi asupan tentang
tata bahasa. Hal ini untuk meniru cara kerja otak anak ketika belajar
berbahasa sehingga satu-satunya jalan untuk menemukan pola dan struktur
bahasa adalah dengan mencoba mengoneksikan berbagai data kebahasaan yang
dientri ke dalam komputer.<br />
<br />
Pendekatan struktural lebih berorientasi pada pengamatan produk bahasa
dengan mencoba memahami perspektif proses komprehensi dan atau produk
bahasa yang menjadi otak manusia. Misalnya dengan menggunakan data
linguistik berupa kilir lidah yang dikenal spoonerisms. Psikolinguistik
merupakan salah satu cabang lilnguistik yang sangat menarik karena
“memaksa” kita membuat berbagai hipotesis tentang cara kerja otak
memproses bahasa.<br />
<br />
II. Objek Bahasa<br />
<br />
Psikolinguistik adalah gabungan dua disiplin ilmu<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bahasa gejala jiwa <br />
<br />
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa objek psikolinguistik adalah
bahasa juga, tetapi bahasa yang berproses dalam jiwa manusia yang
tercermin dalam gejala jiwa. Dengan kata lain, bahasa yang dilihat dari
aspek –aspek psikologis.<br />
<br />
• Contoh : orang yang sedang marah akan lain perwuju dan bahasa yang digunakan dengan orang yang sedang bergembira.<br />
<br />
Titik berat psikolinguistik adalah bahasa, dan bukan gejala jiwa. itu
sebabnya dalam batasan-batasan psikolinguistik yang telah dikemukakan
selalu ditonjolkan proses bahasa yang terjadi pada otak (mind), baik
proses yang terjadi di otak pembicara maupun proses yang terjadi pada
otak pendengar.<br />
<br />
<br />
<br />
III. Lingkup Psikolinguistik<br />
<br />
Lingkup psikologis mencoba memerikan bahasa dilihat dari aspek-aspek
psikologi dan sejauh dapat dipikirkan oleh otak manusia. Topik-topik
penting yang menjiwai lingkupan psikolinguistik adalah :<br />
<br />
• Proses bahasa dalam komuniasi dan pikiran<br />
<br />
• akuisisi bahasa<br />
<br />
• Pola tingkah laku berbahasa<br />
<br />
• asosiasi verbal dan persoalan makna<br />
<br />
• Proses bahasa pada orang yang abnormal <br />
<br />
• Persepsi ujaran dan kognisi<br />
<br />
Kita sulit memikirkan bagaimana satuan bahasa bersemayam dalam otak
kita.Yang jelas, kita menyaksikan bahwa kita berbicara kadang-kadang
tanpa dipikirkan lagi, dan kita bergembira karena lawan bicara mengerti
apa yang kita katakan. <br />
<br />
1.4 Kedudukan Psikolinguistik dan Ilmu Lain <br />
<br />
Setiap ilmu berdiri sendiri. Namun dalam operasionalnya tidak berdiri
sendiri. Biasanya manusia menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan
berbagai cabang ilmu. dengan kata lain terdapat hubungan suatu ilmu
dengan ilmu yang lain. Bagaimana kedudukan psikolinguistik dengan ilmu
lain dapat digambarkan oleh George sebagai berikut: <br />
<br />
Contoh : Ali yang gemuk itu sakit. <br />
<br />
Linguistik : struktur kalimat<br />
<br />
Psikologi : bagaimana perasaan Ali yang sakit?<br />
<br />
Logika : mungkinkah orang yang gemuk itu sakit?<br />
<br />
filsafat : dari mana datangnya sakit, dan kalau sudah sembuh ke mana
perginya rasa sakit itu? mengapa orang sakit meskipun diobati meninggal
juga?<br />
<br />
<br />
<br />
psikologi<br />
<br />
Linguistik<br />
<br />
Filsafat<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
logika<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
1.5 Psikologi Dewasa Ini<br />
<br />
Dewasa ini psikolinguistik lebih diarahkan untuk pendidikan bahasa.
Psikolinguistik dimanfaatkan untuk pengajaran bahasa. Pengajaran bahasa
di sini diarahkan agar si terdidik mahir berbahasa. Jadi, tujuannya
praktis, yakni agar si terdidik dapat menggunakan bahasa yang diajarkan
kepadanya. Peranan psikolinguistik dalam pengajaran bahasa bukan saja
berhubungan dengan akuisisi bahasa, tetapi juga untuk kepentigan belajar
bahasa pertama, bahasa kedua, dan bahasa asing. Dewasa ini si terdidik
bukan saja mempelajari satu bahasa tetapi harus diajarkan bahasa yang
bukan bahasa ibunya. Untuk mempelajari bahasa diperlukan gabungan teori
linguistik dan psikologi yang menjelama dalam sub disiplin linguistik
yang disebut Psikolinguistik Dengan adanya psikolinguistik diharapkan
proses akuisis bahasa lebih terungkap dan pengajaran bahasa , baik
bahasa ibu, bahasa kedua, maupun bahasa asing lebih memenuhi harapan. <br />
<br />
<br />
<br />
2. Aspek-Aspek Psikolinguistik <br />
<br />
<br />
<br />
2.1 Pendekatan<br />
<br />
Bahasa dapat dilihat dari pendekatan :<br />
<br />
a) Bahasa sebagai suatu sistem<br />
<br />
b) Bahasa sebagai tingkah laku personal<br />
<br />
c) Bahasa sebagai tingkah laku antarpersonal<br />
<br />
<br />
<br />
a) Bahasa sebagai suatu sistem<br />
<br />
Mengisyaratkan adanya kaidah yang mengatur suatu bahasa. Kaidah bahasa
tertentu tercermin dalam tatarannya. Kaidah tersebut tidak berdiri
sendiri tetapi merupakan seperangkat unsur yang menjalin dan membentuk
suatu sistem. Bahasa itu bersifat dinamis dengan pengertian bahwa bahasa
itu berkembang sesuai dengan perkembangan penutur bahasa. Itu sebabnya
bahasa dapat pula kita lihat sebagai tingka laku personal. Sebagai suatu
sistem bahasa menampakan wujudnya dalam bunyi dan simbol-simbol. Bunyi
dan simbol mengikuti kaidah yang ditaati oleh penutur bahasa dan secara
konvensional digunakan dalam kehidupan sehari-hari. sistem bahasa
tertentu yang merupakankompetensi penutur bahasa akan menampakan
wujudnya dalam performansi seseorang.<br />
<br />
<br />
<br />
b) Bahasa sebagai tingkah laku personal<br />
<br />
Sebagai tingkah laku personal, bahasa menampakan wujudnya dalam penampilan seseorang. <br />
<br />
Contoh : apabila seseorang berkata, “Berkatalah Saudara dan akan saya
katakan siapakah saudara”. Dengan kata lain, dengan bahasa kita dapat
ketahui tingkah laku penutur bahasa. Orang bisa saja mengambil
kesimpulan dengan melihat reaksi seseoran terhadap rangsangan yang ia
terima. Hubungan antara siatasi, konteks verbal pembicaraan dapat
dipelajari dan dapat kiota mengamil kesimpulan makna yang terkandung
dalam sutau tuturan. <br />
<br />
b) Bahasa sebagai tingkah laku antarpersonal <br />
<br />
bahasa dapat dilihat melalui situasi komunikasi pada situasi tertentu.
Apabila seseorang bertanya dan lawan bicara menjawab dengan memuaskan
berarti komunikasi berhasil baik. Sebaliknya kalau seseorang memerintah
kemudian lawan bicara diam saja, itu tandanya komunikasi tidak berhasil.<br />
<br />
Sebab-sebabnya dapat dilihat dari :<br />
<br />
• pembicara<br />
<br />
• lawan bicara<br />
<br />
• situasi<br />
<br />
Banyak variable yang ikut menentukan lancarnya komunikasi. <br />
<br />
Dalam komunikasi terjadi banyak hambatan yang berhubungan dengan persepsi penutur antara lain : <br />
<br />
• informasi yang dikirim kurang jelas<br />
<br />
• ingatan dan kapasitas penutur dan pendengar berbeda<br />
<br />
• kedua pembicara menggunakan konvensi gramatikal yang berbeda<br />
<br />
• antara keduanya terjadi interferensi gramatikal yang bersifat regional, dan <br />
<br />
• pengaruh alat bicara dan alat dengar yang tidak sempurna.<br />
<br />
kalau kita ingin menggunakan bahasa tertentu, salah satu cara yakni mendengarkan tuturan penutur bahasa yang bersangkutan.<br />
<br />
Dilihat dari segi psikolinguistik, tuturan dapat dilihat dari tiga tingkat, yakni<br />
<br />
1) struktural <br />
<br />
2) intensional<br />
<br />
3) motivasional<br />
<br />
<br />
<br />
Aspek struktural : mengacu kepada sistem bahasa yang bersangkutan,<br />
<br />
Aspek intensional : mengacu kepada kebertahanan leksikon dan makna pada otak pembicara ,<br />
<br />
Aspek motivasional : mengacu kepada daya dorong yang menyebabkan seseorang menyatakan sesuatu dengan menggunakan bahasa.<br />
<br />
2.2 Pengertian<br />
<br />
Menurut Langacker: linguistik adalah bahasa manusia<br />
<br />
Lyons : linguistik adalah studi bahasa secara ilmiah<br />
<br />
berdasarkan kedua batasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa objek
linguistik adalah bahasa dan bahasa yang dimaksud adalah bahasa manusia.
Untuk berkomunikasi bahasa memegang peranan yang sangat penting. Bahasa
yang sangat berperan adalah bahasa lisan. Semua manusia menggunakan
bahasa lisan untuk menghubungkan dirinya dengan dunia di luar dirinya.
penggunaan bahasa dapat dijadikan alat untuk menerka proses yang
bergejolak dalam jiwa seseorang. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
2.3 Bahasa sebagai Objek Linguistik<br />
<br />
1) Bahasa merupakan seperangkat bunyi : bunyi bahasa. Kita mengerti
pesan yang tersirat dalam deretan bunyi bahasa itu karena termasuk
penutur bahasa yang digunakan oleh pembicara<br />
<br />
2) Bahasa bersifat arbitrer<br />
<br />
Hubungan antara bunyi atau urutan bunyi dan objeknya bersifat arbitrer
dan tidak dapat diterka. tidak ada hubungan antara kegiatan meletakan
dan bunyi meletakan. <br />
<br />
3) Bahasa bersitaf sistematis<br />
<br />
Setiap bahasa mempunyai sistem sendiri-sendiri yang berbeda dengan sistem bahasa manapun<br />
<br />
4) Bahasa merupakan seperangkat simbol<br />
<br />
Bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara manusia yang berwujud kata-kata,
sebenarnya, sebenarnya simbol yang mewakili suatu benda, proses,
peristiwa atau kegiatan.<br />
<br />
Misalnya : kegiatan meletakkan. simbolnya meletakkan. Jadi kalau kita
melihat seseorang sedang membungkukan dan tangannya yang di sebelah
menaruh sesuatu maka simbol kegiatan ini meletakkan.<br />
<br />
5) Bahasa bersifat sempurna<br />
<br />
Sempurna dalam hal telah memenuhi amanat pembicara. <br />
<br />
Contoh : Letakanlah buku di atas meja<br />
<br />
<br />
<br />
2.4 Proses Bahasa<br />
<br />
Kalau kita mendengar orang yang sedang berbicara, sesungguhnya kita
hanya mendengar bunyi-bunyi bahasa yang tentu harus dibedakan dari bunyi
yang lain, misalnya bunyi orang bersiul atau mendengkur. Bunyi bahasa
itu, ada yang kita mengerti dan ada pula yang asing bagi kita. Bunyi
bahasa yang kita mengerti menandakan bahwa pembicara memiliki bahasa
yang sama dengan bahasa kita atau antara pembicara dan kita sebagai
pendengar saling mengerti. Sebaliknya kalau kita mendengar urutan bunyi
bahasa tetapi tidak mengerti apa yang dikatakan bahwa bahasa yang
digunakan bukan bahasa kita atau bahasa asing bagi kita. Dengan adanya
pengetahuan tentang bahasa kita dapat menggunakan bahasa Indonesia atau
bahasa lainnya. Artinya ada persepsi yang sama tentang bahasa yang
digunakan. secara operasional, komunikasi yang sedang berlangsung itu
bersitaf timbal balik.<br />
<br />
Namun dalam keadaan tertentu komunikasi itu hanya bersifat searah<br />
<br />
Misalnya : kita menyuruh seseorang dan yang bersangkutan tidak bereaksi apa-apa,kecuali melaksanakan suruhan kita. <br />
<br />
Bahasa yang digunakan dalam proses komunikasi sebenarnya melalui suatu
proses yang disebut proses bahasa. Proses bahasa dapat dibagi tiga
bagian, yakni :<br />
<br />
1) proses ketika masih berada dalam jati diri seseorang<br />
<br />
2) berada di lingkungan , dan<br />
<br />
3) berada dalam jati diri pendengar. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAHASA DAN PIKIRAN<br />
<br />
Bahasa digunakan untuk mengungkapkan pikiran.<br />
<br />
Pertanyaan yang perlu dikerjakan :<br />
<br />
1. bagaimana hubungan antara bahasa dan pikiran.<br />
<br />
2. dapatkah kita berpikir tanpa bahasa<br />
<br />
3. bagaimana proses berpikir itu<br />
<br />
4. apakah pikiran kita dipolakan oleh struktur bahasa yang kita gunakan<br />
<br />
5. bagaimana caranya agar hasil pemikiran dimengerti oleh pendengar<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Langacker : berpikir adalah aktivitas mental manusia. Aktivitas mental
akan berlangsung apabila ada stimulus, artinya ada sesuatu yang
menyebabkan manusia untuk berpikir. Memang ada saja yang dipikirkan
manusia.<br />
<br />
Bahasa digunakan untuk mengoperasikan hasil pemikiran manusia. dalamhubungan inibahasa dapat dilihat dari dua hal yakni :<br />
<br />
1) sebagai aktivitas jiwa;<br />
<br />
2) bahasa sebagai aktvitas otak<br />
<br />
• Sebagai aktivitas jiwa : bahasa dapat dianggap baik sebagai gerakan mental atau sebagai stimulus reaksi..<br />
<br />
• Ilmu yang mempelajari bahasa sebagai gerakan mental di sebut psikomekanik<br />
<br />
• bahasa dianggap sebagai aktivitas otak<br />
<br />
Sebagai aktivitas otak terdapat dua pendekatan yang digunakan yakni :<br />
<br />
• pendekatan melalui neurology : bunyi bahasa dan konsep terdapat dalam otak<br />
<br />
• pendekatan teknologi : terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan :<br />
<br />
1. model kontruksi<br />
<br />
2. model teoritis<br />
<br />
3. model kerja<br />
<br />
1 pengertian<br />
<br />
Psikolog dan linguis pada saat ini lebih suka menggunakan istilah
akuisisi bahasa (language acquisition) .Istilah akuisisi lebih baik
digunakan daripada istilah belajar bahasa karena belajar bahasa lebih
banyak digunakan oleh ahli-ahli psikologi. <br />
<br />
• Studi tentang akuisisi bahasa bukan hanya dilakukan bagi anak-anak
norma tetapi, tetapi juga dilakukan terhadap anak-anak yang abnormal. <br />
<br />
<br />
<br />
2.Teori Akuisisi Bahasa<br />
<br />
1) Teori akuisisi bahasa yang behavioristik<br />
<br />
2) Teori akuisisi bahasa yang mentalistik<br />
<br />
3) Teori akuisisi bahasa yang kognitiftik<br />
<br />
1) Teori akuisisi bahasa yang behavioristik atau kaum empiris/
antimentalistik/ makanis : tidak ada struktur linguistik yang dibawa
sejak lahir. Anak lahir dianggap kosong dari bahasa. Lingkunganlah yang
akan membentuk yang perlahan-lahan dikondisi oleh lingkungan dan
pengukuhan terhadap tingkah lakunya. pengetahuan dan ketrampilan
berbahasa diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar.<br />
<br />
<br />
<br />
2) Teori akuisisi bahasa yang mentalistik /nativis / rasionalis :
Seorang anak sejak lahir telah membawa sejumlah kapasitas atau potensi
bahasa yang akan berkembang sesuai dengan proses kematangan
intelektualnyaatau disebut LAD (Language Acquisition Device).kelangkapan
berbahasa ini berisis sejumlah hipotesis bawaan.<br />
<br />
<br />
<br />
3) Teori akuisisi bahasa yang kognitiftik : aspek pengetahuan dan pegalaman<br />
<br />
<br />
<br />
Teori kognitif menekankan hasil kerja menta, hasil pekerjaan yang nonbehaviristik<br />
<br />
<br />
<br />
Proses Akuisisi Bahasa<br />
<br />
Telah ada keyakinan antara sesame ahli psikolinguistik bahwa akuisisi
bahasa bersifat dinamis : berlangsung dari tahap yang satu ke tahap yang
lain. <br />
<br />
dalam tahap perkembangan akuisisi ini terjaadi : <br />
<br />
• perubahan yang terjadi dengan struktur kata<br />
<br />
• perkembanagan ditentukan oleh interaksi personal, berfungsinya saraf secara baik dan proses kognitif<br />
<br />
• bahwa dalam akuisisi bahasa terjadi proses pemilihan kata-kata dan struktur yang tidak dimiliki oleh anak<br />
<br />
• bahwa teori yang digunakan bersifat umum : akuisisi bahasa dipengaruhi
oleh penggunaan bahasa sekitar. DKL: akuisisi bahasa tergantung pada
lingkungan bahasa anak.<br />
<br />
Reaksi pertama yang dilakukan oleh anak yang baru lahir : menangis<br />
<br />
Tidak seorangpun bayi yang lahir segera mengucapkan kalimat:<br />
<br />
Misalnya : wah, saya baru lahir tangisan pertama tidur<br />
<br />
• menangis panas, dingin, lapar, basah,dll.<br />
<br />
• menghafal bau badan orang yang selalu dekat dengannya<br />
<br />
<br />
<br />
Perkembangan Akuisisi Bahasa<br />
<br />
Akuisisi bahasa berkembang melalui fase-fase tertentu. Kriteria yang
yang digunakan adalah : gejala yang dilihat pada perkembangan anak itu
sendiri. Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09155787533073314138noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2585094956768793043.post-61642927796467273552012-12-03T21:22:00.000-08:002012-12-03T21:22:00.819-08:00Neurolinguistik <br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sistem Saraf Pusat</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pada sebagian besar manusia area
bahasa terletak pada hemisfer serebri kiri. Terdapat empat area bahasa secara
konvensional yaitu dua area bahasa reseptif dan dua lainnya adalah
eksekutif yang menghasilkan bahasa. Dua area reseptif berhubungan erat
dengan zona bahasa sentral. Area reseptif berfungsi mengatur persepsi
bahasa yang diucapkan, yaitu area 22 posterior yang disebut area Wernicke
dan girus Heschls (area 41 dan 42). Area yang mengatur persepsi bahasa tulisan menempati
girus angulus (area 39) pada lobus parietal inferior anterior terhadap area
reseptif visual. Girus supra marginal yang terletak di antara pusat bahasa
auditori dan visual dan area temporal inferior yang terletak di anterior
korteks asosiasi visual kemungkinan adalah bagian dari zona bahasa sentral
juga. Area-area ini terletak pada pusat integrasi untuk fungsi bahasa visual
dan auditori.<sup>27</sup><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Area Broadman 44 dan 45 disebut area
Broca dan merupakan bagian eksekutif utama yang bertanggung jawab terhadap
aspek motorik bicara. Secara visual kata-kata yang diterima diekspresikan dalam
bentuk tulisan melalui area tulisan Exner.<sup>27</sup> Area sensori dan
motori terhubungkan satu dengan yang lain melalui fasikulus arkuatum yang
melewati ismus lobus temporal kemudian memutari ujung posterior fisura silvii,
sambungan lainnya melalui kapsula eksterna nukleus lentikular.<sup>27</sup> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Area penerimaan visual dan
somatosensori terintegrasi pada lobus parietal, sedangkan penerimaan auditori
terletak di lobus temporal. Serat pendek, menghubungkan area Broca dengan
korteks rolandi bawah yang menginervasi organ bicara, otot bibir,
lidah, farings dan larings. Area menulis Exner juga terintegrasi dengan
organ motor untuk otot tangan . Area bahasa perisylvian juga terhubungkan
dengan striata dan thalamus dan area korespondensi pada hemisfer non dominan
melalui korpus kalosum dan komisura anterior.<sup>27</sup><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Tiga fungsi dasar otak adalah fungsi
pengaturan, proses dan formulasi. Fungsi pengaturan bertanggungjawab untuk
tingkat energi dan tonus korteks secara keseluruhan. Fungsi proses berlokasi di
belakang korteks, mengontrol analisa informasi, pengkodean dan penyimpanan.
Korteks yang lebih tinggi bertanggung jawab untuk memproses rangsangan sensori
seperti rangsangan optik, akustik dan olfaktori. Data dari tiap sumber
digabungkan dengan sumber sensori lainnya untuk dianalisa dan diformulasikan.
Proses formulasi berlokasi pada lobus frontal, bertanggung jawab untuk formasi
intensi dan perilaku. Fungsi utamanya adalah untuk mengaktifkan otak untuk
pengaturan atensi dan konsentrasi.<sup>27</sup><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Meskipun hemisfer kiri dan kanan
simetris untuk proses motorik dan sensoris, namun terdapat juga
ketidaksimetrisan untuk fungsi khusus tertentu seperti bahasa. Dengan demikian,
meskipun fungsinya berbeda, kedua hemisfer tersebut saling berintegrasi dan
memberi informasi melalui korpus kalosum dan subkortikal lainnya. Fungsi yang
menonjol dari hemisfer serebri kiri adalah sebagai fungsi dasar untuk bahasa.
Teori yang paling umum mengatakan traktus kortikospinal berasal dari hemisfer
kiri yang berisi lebih banyak serat dan menyilang lebih tinggi dibanding
hemifer kanan. Belajar juga merupakan suatu faktor, terjadi banyak pergeseran
dari kiri ke kanan <i>(shifted sinistral)</i>. Pada sebagian anak terjadi
pergeseran ke kanan hemisfer di usia muda, dan menjadi bertangan kidal.<sup>28</sup><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<a href="http://speechandchildren.blogspot.com/2008/10/neurolinguistik.html"><b><span style="color: blue; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">NEUROLINGUISTIK</span></b></a><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 18pt;">PROSES
MEKANISME BICARA DAN BAHASA</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
PICKY EATERS CLINIC (KLINIK KESULITAN MAKAN)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">NEUROLINGUISTIK<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sistem Saraf Pusat<br />
Secara konvensional terdapat empat area bahasa pada manusia, yang pada sebagian
besar manusia terdapat pada hemisfer serebri kiri. Dua area bahasa adalah
reseptif dan dua lainnya adalah eksekutif yang menghasilkan bahasa. Dua area
reseptif berhubungan erat dengan dengan zona bahasa sentral. Area
reseptif,untuk mengatur persepsi bahasa yang diucapkan yaitu area 22 posterior
yang disebut area Wernicke dan girus Heschls (area 41 dan 42). Kedua, yang
mengatur persepsi bahasa tulisan yang menempati girus angulus (area 39) pada
lobus parietal inferior, anterior terhadap area reseptif visual. Girus supra
marginal yang terletak di antara pusat bahasa auditori dan visual dan area
temporal inferior yang terletak di anterior korteks asosiasi visual kemungkinan
adalah bagian dari zona bahasa sentral juga. Area- area ini terletak pada pusat
integrasi untuk fungsi bahasa visual dan auditori.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Bagian eksekutif utama terletak di
area Broadman, area 44 dan 45 disebut area Broca dan bertanggung jawab untuk
aspek motorik bicara. Secara visual kata-kata yang diterima kemudian
diekspresikan dalam benruk tulisan melalui area tulisan Exner.<br />
Area sensori dan motor terhubungkan satu dengan yang lain melalui fasikulus arkuatum
yang melewati ismus lobus temporal kemudian memutari ujung posterior fisura
silvii, sambungan lainnya melalui kapsula eksterna nukleus lentikular.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Zona penerimaan visual dan
somatosensori terintegrasi pada lobus parietal, sedangkan penerimaan auditori
terletak di lobus temporal. Serat pendek, menghubungkan area Broca dengan
korteks rolandi bawah yang menginervasi organ bicara, otot bibir, lidah,
farings dan larings. Area menulis Exner juga terintegrasi dengan organ motor
untuk otot tangan . Area bahasa perisylvian juga terhubungkan dengan striata
dan thalamus dan area korespondensi pada hemisfer non dominan melalui korpus
kalosum dan komisura anterior.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 17.5pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Organisasi
Otak</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Tiga fungsi dasar otak adalah fungsi
pengaturan, proses dan formulasi. Fungsi pengaturan bertanggungjawab untuk
tingkat energi dan tonus korteks secara keseluruhan. Fungsi proses berlokasi
pada belakang korteks, mengontrol analisa informasi, pengkodean dan
penyimpanan. Korteks yang lebih tinggi bertanggung jawab untuk memproses rangsangan
sensori seperti rangsangan optik, akustik dan olfaktori. Data dari tiap sumber
digabungkan dengan sumber sensori lainnya untuk dianalisa dan pembentukan.
Proses formulasi berlokasi pada lobus frontal, bertanggungjawab untuk formasi
intensi dan perilaku. Fungsi utamanya adalah untuk mengaktifkan otak untuk
pegaturan atensi dan konsentrasi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dominasi serebri</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
Meskipun hemisfer kiri dan kanan simetris untuk proses motorik dan sensoris,
terdapat asimetris juga untuk fungsi khusus tertentu seperti bahasa. Namun
demikian, meskipun fungsinya berbeda, kedua hemisfer saling berintegrasi dan
informasi yang melalui keduanya melalui korpus kalosum dan subkortikal lainnya.
2 Fungsi yang menonjol dari hemisfer serebri kiri merupakan fungsi dasar untuk
bahasa. Teori yang paling umum adalah traktus kortikospinal berasal dari
hemisfer kiri yang berisi lebih banyak serat dan menyilang lebih tinggi
dibanding hemifer kanan. Belajar juga merupakan suatu faktor , terjadi banyak
pergeseran dari kiri ke kanan (shifted sinistral). Pada sebagian anak terjadi
pergeseran ke kanan hemisfer di usia muda, dan menjadi bertangan kidal..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Maturasi otak</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
Perkembangan bahasa sangat berhubungan erat dengan maturasi otak. Secara
keseluruhan terlihat dengan berat kasar otak yang berubah sangat cepat dalam 2
tahun pertama kehidupan. Hal ini disebabkan karena mielinisasi atau pembentukan
selubung sistem saraf. Proses mielinisasi ini dikontrol oleh hormon seksual,
khususnya estrogen. Hal ini menjelaskan kenapa proses perkembangan bahasa lebih
cepat pada anak perempuan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pada sekitar 2 bulan, korteks
motorik di lobus frontal menjadi lebih aktif. Anak memperoleh lebih banyak
kontrol dalam perilaku motor volusional. Korteks visual menjadi lebih aktif
pada usia 3 bulan, jadi anak menjadi lebih fokus pada benda yang dekat maupun
yang jauh. Selama separuh periode tahun pertama korteks frontal dan hipokampus
menjadi lebih aktif. Hal ini menyebabkan peningkatan kemampuan untuk mengingat
stimulasi dan hubungan awal antara kata dan keseluruhan. Pengalaman dan interaksi
bayi akan membantu anak mengatur kerangka kerja otak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Diferensiasi otak fetus dimulai pada
minggu ke -16 gestasi. Selanjutnya maturasi otak berbeda dan terefleksikan pada
perilaku bayi saat lahir. Selama masa prenatal batang otak, korteks primer dan
korteks somatosensori bertumbuh cepat. Sesudah lahir serebelum dan hemisfer
serebri bertumbuh cepat terutama area reseptor visual,. Ini menjelaskan bahwa
maturasi visual teradi relatif lebih awal dibandingkan auditori. Traktus
asosiasi yang mengatur bicara dan bahasa belum sepenuhnya matur sampai periode
akhir usia pra sekolah. Pada neonatus, vokalisasi dikontrol oleh batang otak
dan pons. Reduplikasi babbling menandakan maturasi bagian wajah dan area
larings pada korteks motor. Maturasi jalur asosiasi auditorik seperti fasikulus
arkuatum yang menghubungkan area auditori dan area motor korteks tidak tercapai
sampai awal tahun kedua kehidupan sehingga menjadi keterbatasan dalam intonasi
bunyi dan bicara. Pengaruh hormon estrogen pada maturasi otak akan mempengaruhi
kecepatan perkembangan bunyi dan bicara pada anak perempuan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 17.5pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">PROSES
FISIOLOGIS BICARA</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Menurut beberapa ahli komunikasi,
bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut)
yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular untuk
mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa
sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur
bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan
struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Terdapat 2 hal proses terjadinya
bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran,
penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat
dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi,
tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.<br />
Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat
bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu
pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan
tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan
saraf pusat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kedua pusat bahasa reseptif tersebut
adalah area 41 dan 42 disebut area wernick, merupakan pusat persepsi
auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang
berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi
visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang
bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahsa
ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut
asosiasi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Saat mendengar pembicaraan maka
getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui lubang telinga luar kemudian
menimbulkan getaran pada membrane timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh
ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga
bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea.
Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VII
ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban
diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area
motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara
dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara
dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum
(langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf
motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 17.5pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Proses
reseptif – Proses dekode</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Begitu rangsang auditori masuk,
formasi retikulum pada batang otak akan menyusun tonus untuk otak dan
menentukan modalitas dan rangsang mana yang akan diterima otak. Rangsang
tersebut diterima oleh talamus dan kemudian diteruskan ke area masing-masing
korteks auditori pada girus Heschel. Sebagian besar signal saraf yang diterima
oleh girus ini berasal dari telinga pada sisi berlawanan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Girus dan area asosiasi auditori
memisahkan dan membedakan informasi bermakna yang masuk. Selanjutnya masukan
linguistik yang sudah dikode akan dikirim ke lobus temporal kiri untuk
diproses, sedangkan masukan paralinguistik (intonasi, tekanan, irama dan
kecepatan) masuk ke lobus temporal kanan. Analisa linguistik dilakukan pada
area Wernicke di lobus temporal kiri. Girus angular dan supramarginal akan
membantu proses integrasi informasi visual, auditori dan raba serta perwakilan
linguistik.<br />
Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi berupa penerimaan unit suara
melalui telinga. Dilanjutkan dengan dekode gramatika. Proses berakhir pada
dekode semantik dengan pemahamn konsep atau ide yang disampaikan lewat
pengkodean tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Proses ekspresif – Proses encode</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan
yang masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus
arkuatum ke area Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan
tersebut. Signal kemudian melewati korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot
respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini merupakan proses aktif
pemilihan lambang dan formulasi pesan. Proses enkode dimulai dengan enekode
semantik yang dilanjutkan dengan enkode gramatika dan berakhir pada enkode
fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak pembicara.<br />
Terdapat proses transmisi antara dekode dan enkode, yaitu pemindahan atau
penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut
pembicara dan telinga pendengar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kedua proses berbahasa ini
disimpulkan sebagai proses komunikasi. Dalam proses belajar berbahasa, kedua
kemampuan menggunakan bahasa reseptif dan ekspresif harus berkembang dengan
baik.2,3<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09155787533073314138noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2585094956768793043.post-12889254447316123432012-12-03T20:32:00.001-08:002012-12-03T20:32:11.164-08:00Senyapan dan Kilir Lidah<br />
<a name='more'></a><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-left: 0cm; mso-outline-level: 3; text-indent: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dalam
proses berbahasa terjadi proses memahami dan menghasilkan ujaran, yakni berupa
kalimat-kalimat. Oleh karena itu, Emmon Bach (Tarigan, 1985:3) mengemukakan
bahwa Psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para
pembicara/pemakai bahasa membentuk/membangun kalimat-kalimat bahasa tersebut.
Sejalan dengan pendapat tersebut Slobin (Chaer, 2003:5) mengemukakan bahwa
psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung
jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu
berkomunikasi dan bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia. Secara lebih
rinci Chaer (2003:6) berpendapat bahwa psikolinguistik mencoba menerangkan
hakikat struktur bahasa, bagaimana struktur itu diperoleh serta digunakan pada
waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu. <br />
Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan
memahami ujaran. Dalam kaitan ini Garnham (Musfiroh, 2002:1) mengemukakan
Psycholinguistics is the study of a mental mechanisms that nake it possible for
people to use language. It is a scientific discipline whose goal is a coherent
theory of the way in which language is produce and understood yakni
‘Psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang
yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran’.<br />
Ujaran, diproses melalui tiga tahap yakni tahap konseptualisasi, formulasi, dan
artikulasi. Tahap konseptualisasi, yakni tahap ketika pembicara merencanakan
struktur konseptual yang akan disampaikan. Tahap formulasi, yakni tahap di mana
lema yang cocok direktrif dari leksikon mental kita dan kemudian diberi
kategori dan struktur sintahsis (N, V, Adj, NP, dan sebagainya). Kemudian tahap
yang terakhir, tahap artikulasi yakni tahap di mana kerangka dan isi yang sudah
jadi itu diwujudkan dalam bentuk bunyi. Studi tentang produksi kalimat tidak
dapat dilakukan secara langsung, melainkan hanya dapat dilakukan secara tidak
langsung. Hal ini dikarenakan, langkah awal untuk mengetahui tentang studi
produksi kalimat adalah dengan mengobservasi kalimat yang diujarkan. Kemudian
melalui langkah selanjutnya, kita harus mencermati bagaimana kalimat tersebut
diujarkan, di mana pembicara senyap (pause), di mana dia ragu, dan mengapa dia
senyap dan ragu, serta kesalahan-kesalahan apa yang dilakukan oleh pembicara
yang mengujarkan kalimat tersebut.<br />
Kesenyapan dan keraguan di dalam ujaran atau kalimat terjadi karena pembicara
lupa kata-kata apa yang dia perlukan atau dia sedang mencari kata yang lebih
tepat untuk diujarkan. Sehingga terjadilah kesalahan di dalam berujar. Untuk
mengetahui dan lebih memahami studi tentang produksi kalimat, kita akan
membahas dan menganalisis (1) mengenai senyapan dan kilir lidah yang meliputi
pokok pembahasan senyapan (pause), kekeliruan (kilir lidah dan afasia), dan
unit-unit kilir lidah, kemudian (2) lupa-lupa ingat dan latah, (3) proses
pengujaran, (4) artikulasi kalimat, dan bagaimana kekeliruan terjadi melalui
data-data di lapangan yang ditemukan, berkaitan dengan kesalahan di dalam
berujar.<br />
Yang dipakai untuk menyimpulkan proses mental yang terjadi pada waktu kita
berujar ada dua macam, yakni senyapan (pause) dan kekeliruan (errors).
Kekeliruan terbagi lagi menjadi dua kelompok, yakni kekeliruan karena kilir
lidah dan kekeliruan karena pembicara menderita afasia.<br />
1. Senyapan (pause)<br />
Tidak semua orang dapat berbicara dengan baik dan lancar untuk semua topik
pembicaraan. Pada umumnya orang berbicara sambil berpikir sehingga makin sulit
topik yang dibicarakan makin besar jumlah senyapan yang muncul. Senyapan yang
lebih umum terjadi adalah pada waktu orang ragu-ragu (hesitation).<br />
Ada berbagai alasan mengapa orang senyap. Pertama, orang senyap karena dia
telah terlanjur mulai dengan ujarannya, tapi sebenarnya dia belum siap untuk
seluruh kalimat itu. Oleh karena itu, dia senyap sejenak untuk mencari kata
atau kata-kata untuk melanjutkan ujarannya. Kedua, kesenyapan terjadi karena
dia lupa akan kata-kata yang dia perlukan. Kemudian alasan ketiga, bahwa dia
harus sangat berhati-hati di dalam memilih kata agar dampaknya pada pendengar
tidak menghebohkan.<br />
Ada dua macam kesenyapan berdasarkan ketidak-siapan maupun keberhati-hatian di
dalam berujar sebagai berikut: (1) senyapan diam, contoh: Itu si … Agus kemarin
ke sini, dan (2) senyapan terisi, contoh: Itu si … Anu (kemarin datang ke
sini).<br />
Orang juga sering mengisi senyapan ini dengan bunyi-bunyi tertentu seperti eh
dan uh yang hanya sekedar merupakan pengisi belaka. Misalnya, seseorang yang
memiliki kedudukan atau jabatan yang tinggi di pemerintahan banyak sekali
memakai pengisi eh atau uh di dalam ujarannya dengan alasan karena
keberhati-hatian dia untuk tidak menimbulkan dampak yang keliru atau
menggegerkan. Hal ini juga kita sering temukan di acara-acara televisi, seperti
infotainment, seorang artis/aktor yang memberikan keterangan/klarifikasi kepada
wartawan.<br />
Contoh: <br />
(a) Menurut Bapak Presiden ...eh ... soal ini harus ...eh ... dijadikan dasar
... <br />
(b) Ini merupakan ...eh ...masalah yang ...eh ... perlu diamati agar ...eh ...<br />
Menurut Clark & Clark (dalam Soendjono, 2003:145) bahasa Inggris memiliki
pula berbagai cara untuk mengisi senyapan ini dan pengisi ini memiliki makna
masing-masing, yaitu:<br />
Oh → untuk pemilihan referen – I would like, oh, carrot.<br />
Ah → untuk kesuksesan memori – I would like, ah, carrot.<br />
Well → untuk kemiripan kata – I would like, well, carrot.<br />
Say → untuk percontohan – I would like, say, carrot.<br />
Begitu juga dengan kata-kata seperti that is, or rather, I mean, dan well juga
memiliki makna tertentu. Sedangkan bahasa Indonesia juga memiliki piranti yang
sama. Penyiar televisi yang membuat kekeliruan akan memperbaiki kekeliruan
tersebut dengan memakai kata-kata atau frasa, seperti maaf atau maksud kami.<br />
Contoh:<br />
(a) Menteri dalam negeri, maksud kami, luar negeri, menyatakan bahwa ...<br />
(b) Peledakan bom di kota, maaf, di Kuta ...<br />
Senyapan keraguan tidak terdapat di sembarang tempat. Akan tetapi, di mana
persisnya belum ada kesepakatan yang mantap di antara para ahli. Ada yang
mengatakan bahwa senyapan seperti itu terdapat sesudah kata pertama di dalam
suatu klausa atau kalimat, tetapi ada pula yang menyatakan bahwa senyapan
terdapat sebelum bentuk leksikal. Namun, menurut kesepakatan para ahli mengenai
tempat-tempat senyapan terjadi yakni, (1) jeda gramatikal, (2) batas konstituen
yang lain, dan (3) sebelum kata utama pertama di dalam konstituen. <br />
2. Kekeliruan<br />
Kekeliruan di dalam berbicara dapat disebabkan oleh kilir lidah atau oleh
penyakit afasia. Kilir lidah terjadi karena kita tidak memproduksi kata yang
sebenarnya kita kehendaki. Kita memproduksi kata-kata lain, kita
memindah-mindahkan bunyi, atau kita mengurutkan kata secara keliru. Berbeda
dengan afasia, yaitu kekeliruan yang terjadi dikarenakan otak kita terganggu
sehingga kita menjadi tidak mampu untuk mengujarkan kata yang kita inginkan.<br />
<br />
a. Kilir Lidah<br />
Kilir lidah adalah suatu fenomena di dalam produksi ujaran, di mana pembicara
“terkilir” lidahnya sehingga kata-kata yang diproduksi bukanlah kata yang
pembicara maksudkan. Kilir lidah disebabkan oleh seleksi yang keliru, antara
lain:<br />
1) Seleksi semantik yang keliru (Freudian slips)<br />
Pada tipe seleksi ini, orang meretrif kata yang ternyata bukan yang dia
inginkan. Hal ini dikarenakan, manusia menyimpan kata berdasarkan sifat-sifat
kodrati yang ada pada kata-kata itu. Kekeliruan pada seleksi semantik ini pada
umumnya berwujud kata yang utuh dan berasal dari medan semantik yang sama.
Misalnya: Kamu nanti beli kol, maksud saya, sawi, ya. Pada contoh tersebut, kol
dan sawi termasuk di dalam satu kelompok yang dinamakan sayuran. Coba
perhatikan pada contoh berikut: Kamu nanti beli kol, maksud saya, pensil, ya.
Kekeliruan pada kalimat tersebut mustahil; akan terjadi, karena medan semantik
antara kol dan pena adalah berbeda.<br />
2) Kilir lidah malaproprisme<br />
Asal mula lahirnya istilah ini berasal dari peran seorang wanita di dalam
sebuah novel karangan Richard Sheridan The Rivals, yang bernama Ny. Malapro.
Dalam novel itu Ny. Malapro digambarkan sebagai wanita yang ingin kelihatan
berkelas tinggi dengan memakai kata yang muluk-muluk. Akan tetapi, yang terjadi
adalah bahwa kata-kata itu bentuknya memang mirip tetapi keliru. Misalnya:
allegory untuk alligator (dalam bahasa Inggris) dan antisisapi untuk
antisipasi.<br />
3) Campur kata (blends)<br />
Kekeliruan pada tipe ini muncul apabila seseorang tergesa-gesa sehingga dia
mengambil satu atau sebagian suku kata dari kata pertama dan satu atau sebagian
suku lagi dari kata yang kedua dan kemudian kedua bentuk itu dijadikan satu. Di
dalam bahasa Inggris sering terjadi, tapi kesalahan tersebut dimanfaatkan untuk
menciptakan kata yang lebih pendek. Misalnya: Please expland (dari explain
menjadi expand). Sedangkan di dalam bahasa Indonesia, fenomena kesalahan
campur-kata seperti ini tampaknya sangat jarang. Hal ini disebabkan oleh kata
di dalam bahasa Indonesia umumnya bersuku kata dua atau lebih sehingga,
mungkin, percampurannya akan tidak mudah.<br />
3. Unit-unit pada Kilir Lidah<br />
Secara garis besar unit-unit pada kilir lidah adalah fitur distingtif, segment
fonetik, sukukata, kata, dan konstituen yang lebih besar dari kata.<br />
a. Kekeliruan Fitur Distingtif<br />
Kekeliruan ini terjadi apabila yang terkilir bukan suatu fonem, tetapi fitur
distingtif dari fonem itu saja. Contohnya: clear blue sky → glear plue sky.
Kekeliruan dari clear ke glear sebenarnya bukan penggantian fonem /k/ menjadi
/g/, tetapi penggantian fitur distingtif [-vois] dengan [+vois]. Kekeliruan ini
sangat jarang terjadi. Di dalam bahasa Indonesia dapat dicontohkan pada kata
Paris menjadi Baris.<br />
b. Kekeliruan Segmen Fonetik<br />
kekeliruan segmen fonetik merupakan kekeliruan yang paling umum, yang jumlah
fiturnya lebih dari satu. Contoh: with this ring I thee wed → with this ring I
thee red left hemisphere → heft lemisphere. Bunyi /r/ pada ring mempunyai titik
artikulasi yang berbeda dengan /w/ pada wing, begitu juga dengan bunyi /l/ dan
/h/ pada left dan hemisphere. Kekeliruan di mana bunyi yang saling mengganti
ini berbeda lebih dari satu fitur distingtif dinamakan kekeliruan segmen
fonetik. Dapat dikatakan bahwa kekeliruan seperti ini adalah kekeliruan di mana
fonem bertukar tempat.<br />
c. Kekeliruan Sukukata<br />
Dalam bahasa Indonesia kita sering temukan kekeliruan pada sukukata, contohnya:
ke-pa-la → ke-la-pa, se-mi-nar → se-ni-mar, dst.<br />
d. Kekeliruan Kata<br />
kekeliruan ini terjadi bila yang tertukar tempat adalah kata. Contoh: tank of
gas → gas of tank, go for broke → broke for go. Kekeliruan ini kadang-kadang
berlalu tanpa pembicara menyadarinya.<br />
DAFTAR RUJUKAN<br />
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: PT Rineka Cipta.<br />
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.<br />
Tarigan Nababan, Sri Utari Subiyakto. 1992. Psikolinguistik: Suatu Pengantar.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.<br />
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.<br />
Musfiroh, Tadkirotun. 2002. Pengantar psikolinguistik. Yogyakarta: Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09155787533073314138noreply@blogger.com1